Minggu, 05 Mei 2019

Surat Untuk November

Kau tahu? Aku sungguh lelah. Benar-benar lelah. Rasanya semakin hari rasa sakit ini semakin menyiksa. Bantalku basah setiap malam, sebab menangis sebelum tidur sepertinya sudah jadi hobiku sejak kau tak lagi sama. Perih hatiku belum sembuh juga, obatnya cuma kamu, tak ada lagi. Beberapa orang mencoba mendekati tapi aku tak membuka pintu. Tahukah kamu? Pintu itu akan terbuka hanya jika kamu pulang. Sungguh, aku menunggumu pulang, sayang. Sedang apa kau di sana? Apa kau temukan perempuan lain sehingga kau tak mau pulang juga? Sudahkah kau pastikan bahwa dia akan setia mencintaimu lebih dari aku mencintaimu? Sudahkah kau pastikan dia akan menerima segala yang ada pada dirimu seperti aku menerimamu? Karena kau, benar-benar telah menjadi bagian terbaik dalam hidupku.

Sayang, kupastikan tak ada yang mencintaimu seperti aku padamu. Tak ada yang seperti aku, tetap bertahan menantimu pulang meski hatiku telah tersakiti berkali-kali. Tetap mendoakan kebaikanmu meski diabaikan berkali-kali.

Aku benar-benar menantikan pertemuan denganmu lagi. Meski kutahu, justru mungkin kau berharap tak bertemu aku lagi. Sayang, kuharap kau ingat apa yang kita sama-sama katakan pada satu malam di bulan November. Kita akan bersama menjadi lebih baik. Aku yakin lelaki sepertimu pasti tak akan berdusta dengan kata-katanya. Aku akan selalu berusaha memperbaiki diriku, menjadi seorang wanita yang kau banggakan. Begitu pula kau, akan selalu jadi lelaki terbaik yang kubanggakan.

Coba kau pikir; meski kau tak sama lagi sejak sekitar setahun lalu, tapi aku padamu masih sama. Dulu, aku mencintaimu dari jauh, sekarang pun lagi-lagi aku harus mencintaimu dari jauh. Bedanya, dulu kau adalah seorang lelaki yang hangat, sementara sekarang kau telah berubah menjadi sangat dingin. Lantas, setelah kau berubah, apakah aku pergi? Ya, mungkin aku pernah bilang aku akan pergi. Tapi, nyatanya aku tak pernah benar-benar pergi. Meski tidak menghubungimu, aku masih menghubungi Tuhan dan meminta padaNya untuk selalu menjagamu, kapanpun, dimanapun.

Dear Novemberku, aku mencintaimu bahkan sejak sebelum pertemuan pertama terjadi. Hingga hari ini, ketika kau berusaha menjadi asing lagi, aku tetap mencintaimu. Pulanglah sayang, pintu ini akan selalu terbuka untukmu. Mari mulai lagi semuanya dari awal dan saling bercerita tentang apa yang telah masing-masing kita lewati selama tak seiring. Kemudian, kita perbaiki semuanya dan berjalan beriringan lagi sampai kita tua, mati dan memiliki rumah abadi di surga.

Jakarta, 05-05-2019

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Aku Pamit.

Sangat ingin tahu kabarmu lalu berkata aku rindu. Tapi rasanya aku sudah lelah jadi perempuan tak tahu diri. Sudah tahu rinduku sepihak, ma...