Minggu, 30 Desember 2018

Mungkin Kau Pikir....


Mungkin kau pikir semua sudah tamat,
Tapi bagiku tidak akan pernah.
Mungkin kau pikir sudah waktunya untuk saling melupakan,
Tapi bagiku tak ada kata melupakan untuk kita.
Kau tetap menjadi seorang yang kunantikan untuk datang,
Bukan malah yang terus pergi dan meninggalkan kenang.
Aku rindu semua celotehan kita setiap malam,
Tak begitu penting memang,
Tapi sungguh cukup menenangkan.
Harapku masih selalu tentang kehadiranmu,
Bercengkrama menghabiskan petang dengan kopi dan lagu.
Bahagiaku masih selalu tentang bahagiamu,
Ingin kupastikan kau tak pernah merasa sendu.
Hingga hari ini, hatiku masih selalu menjadi singgasanamu,
Takkan kubiarkan kau terusik siapapun.
Aku masih akan terus menjagamu,
Entah sampai kapan sebab aku mencintaimu.

Sukabumi, 30-12-2018

Sabtu, 15 Desember 2018

Teruntukmu, Bagian Terbaikku (Lagi, dan Lagi)

Mencintaimu tidaklah mudah
Bersusah payah aku tak mau dengarkan kata orang
Awalnya, mereka katakan aku adalah seorang penyabar yang hebat
Betapa tangguh hatiku sebagai wanita
Tetap mencintai meski berbalas luka
Hingga kemudian, mereka katakan aku keras kepala
Mereka katakan aku telah hilang akal
Aku tertawa, mereka tak mengerti rasanya benar-benar jatuh cinta
Mereka tak mengerti mencintaimu begitu menyenangkan
Aku bahagia, terluka, dan begitu menikmatinya
Meski kutahu kau masih belum bisa melihatku ada
Tapi yakinku kuat, tentu pasti akan datang masanya.

Ciputat, 15-12-2018

Rabu, 12 Desember 2018

Lelah Merindu

Sayangku, aku sudah lelah merindumu
Dadaku sesak setiap kudengar namamu
Aku menangis, tapi air mataku kering
Kau tahu, denganmulah kuberharap bisa bersanding
Tapi tak pernah kau baca
Ada rindu di setiap kata yang kuucap
Ada rasa yang kuatnya tak pernah runtuh
Berharap bisa melengkapimu dengan utuh
Mengapa tak bisa juga kau lihat, sayang?
Tak juga kau sadari bahwa cintaku tak pernah usang
Tak ada yang lain, tak ada yang buatku jatuh cinta lagi
Seperti aku mencintaimu hari ini

Ciputat, 12-12-2018

Jangan Jauh-Jauh

Kumohon, jangan pergi jauh-jauh.
Jarak yang sedekat ini saja khawatirku sudah banyak.
Jangan kau tambah lagi.
Tapi jika kau tetap ingin pergi, terserah padamu.
Aku pun tak punya hak untuk menahanmu.
Tinggalkan saja, biar aku sedih sendirian.
Biarkan aku menangis sendirian.
Kemudian memperbaiki hati sendirian.
Kan kau juga sudah sering lakukan itu padaku?
Jadi tak usah kau ragukan aku.
Aku sudah sangat kuat.
Semua berkatmu, tentu.

Kamis, 06 Desember 2018

Suatu Saat, Kau Akan Mengerti


Malam sudah semakin larut. Tapi aku yakin kau masih terjaga. Mungkin kau sedang memandangi layar laptop, menyelesaikan pekerjaanmu. Sesekali kau mengerutkan kening, berpikir. Sesekali juga kau meregangkan otot leher yang mulai terasa pegal dan kaku. Andai saja aku di sana, mungkin akan kubuatkan kau susu cokelat hangat dan cookies lezat. Kemudian kutarik kursi dan duduk di sampingmu. Aku akan menemanimu sampai selesai. Wajahmu terlihat begitu serius sambil bibirmu bergumam tanpa suara. Aku tak mengerti kau bergumam tentang apa, tapi aku suka melihat kau sedang serius seperti itu. Lalu setelah kau selesai dengan pekerjaanmu dan menutup laptop, aku tentu akan memijat bahumu yang pegal-pegal itu sebelum beranjak tidur. Sayang, malam ini aku hanya bisa berandai-andai.
Sudah berbulan-bulan, dan perasaanku masih belum berubah. Hatiku masih terkunci rapat-rapat, agar kau tak pergi dan tergantikan yang lain. Kau masih bersemayam di dalamnya. Biar saja, aku suka. Bukannya memudar, justru semakin hari rasanya aku semakin cinta meski berkali-kali kau berusaha untuk membuatku menyerah. Tak pernah aku merasa seyakin ini dalam mencintai. Kau telah berhasil mematahkan hatiku berkali-kali, tapi aku juga berhasil memperbaikinya kemudian mencintaimu lagi. Patahkan saja terus. Semakin dibuat patah, justru hatiku semakin kuat mencintaimu. Kan sudah kubilang bahwa kau adalah bagian terbaikku, jadi mana mungkin aku meninggalkanmu begitu saja?
Adakah yang lebih tangguh hatinya? Tetap mecintai meski berkali-kali disakiti. Tetap menyayangi meski berkali-kali diabaikan. Tetap berusaha selalu ada meski berkali-kali kau anggap ia tak ada. Tetap membanggakanmu meski berkali-kali mereka mencaci. Tetap mendoakanmu meski berkali-kali kau melupakannya. Tetap memaafkan meski berkali-kali kau buat ia menangis. Tetap merindukanmu meski berkali-kali kau gores hatinya. Tetap mau menerimamu dalam setiap kondisi. Adakah yang lebih tangguh?
Tak peduli bagaimana kau bersikap hari ini. Tak mengapa. Aku yakin, suatu saat kau juga akan mengerti bahwa ada perempuan yang begitu mencintaimu sepenuh hatinya. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang selalu menyayangimu, bagaimanapun kondisimu. Sesakit apapun hatinya, tak pernah menyerah dalam mencintaimu. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang sangat bangga padamu ketika kau berhasil, dan ada perempuan yang sangat ingin mengulurkan tangannya untuk membantumu bangkit lagi ketika kau terjatuh. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang sangat ingin menyeka setiap peluhmu. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang selalu mendoakan kebaikanmu dalam setiap sujudnya. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang tak pernah bosan melangitkan namamu dalam setiap doanya. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang menjadikanmu rumah dan berharap ia juga bisa menjadi rumah bagimu. Kau akan mengerti bahwa ada perempuan yang berharap bisa mendampingimu tak hanya di dunia, bahkan di kehidupan setelah kematian.

Ciputat, 06-12-2018

Senin, 03 Desember 2018

Kau, Candu yang Tak Terobati


Terimakasih
Malam ini, tangisku menjadi
Tidak, aku tidak sedih sama sekali
Bahagiaku melihat senyummu seperti tadi
Kapan lagi bisa kulihat yang demikian?
Tentu akan sangat langka, bukan?
Karena kita tak pernah tahu kapan
Akan dihadapkan kembali pada pertemuan
Tidakkan kau rasakan betapa aku sangat bahagia?
Katakanlah bahwa kau juga bahagia
Sayang, hari ini sudah kutunggu-tunggu sejak lama
Duduk berdua dan mendengarkan kau bercerita
Tapi sungguh kusesali pertemuan kita yang singkat
Waktu telah merebutmu dariku dengan sangat tega
Padahal rinduku masih banyak tersisa
Kata-kataku juga masih banyak yang tak tersampaikan
Maafkan aku yang tak pernah selesai dalam merindumu
Karena matamu, gaya bicaramu, senyummu
Dan semua tentangmu adalah candu
Yang sudah tak dapat terobati setitik pun, hingga kapanpun.

Rabu, 28 November 2018

Untukmu, Bagian Terbaikku.

Berkali-kali kuketik pesan untukmu, tapi tak sanggup menekan tombol kirim.
Tahukah bahwa aku teramat rindu kau?
Hati ini masih milikmu seutuhnya.
Dua tahun lalu, kita saling bicara tentang apa yang kita rasakan.
Hari ini, bertegur sapa pun tidak.
Sungguh, rasanya sesakit ini.
Yang kuinginkan saat ini adalah menatap kedua bola matamu, menggenggam tanganmu, mendekapmu, dan membisikkan bahwa aku masih sangat mencintaimu.
Kau masih jadi salah satu bagian terbaik dari diriku.
Jangan tanya mengapa aku bisa secinta ini.
Kau takkan menemukan jawaban.
Yang kutahu adalah aku ingin selalu menjadi sebab dari setiap senyummu.
Aku ingin selalu menjadi sebab atas setiap pencapaianmu.
Aku ingin selalu menjadi sebab pulihnya segala penatmu.
Aku selalu mencintaimu.
Berbalas atau tidak, itu urusanmu.
Tapi tentu Tuhan pun tahu, kaulah yang aku inginkan.
Banyak orang bilang, "yang lalu biarlah berlalu, tak usah kembali lagi."
Tapi, jika Tuhan menghendaki kau berada di pelukanku lagi, kita bisa apa?
Sekali lagi, aku mencintaimu.
Semoga kau selalu dikelilingi orang-orang baik dan hal-hal baik.
Doaku yang terbaik untukmu selalu mengangkasa, tak usah khawatir.
Berbahagialah, sayang.

Ciputat, 28-11-2018

Selasa, 09 Oktober 2018

Selamat Ulang Tahun, Kamu.

Hari ini, usiamu bertambah. Jadi, kuucapkan selamat hari lahir! Selamat ulang tahun! Semoga kau selalu diberikan kebahagiaan. Apapun yang kau cita-citakan, apapun harapan baikmu, aku aamiin-kan. Tak perlu kau risau. Doaku selalu yang terbaik untukmu, tentang suksesmu, tentang cita-citamu, tentang kesehatanmu, tentang bahagiamu.

Kau boleh bersuka cita karena usiamu bertambah. Tapi jangan lupa bahwa sisa hidupmu di dunia semakin hari semakin berkurang. Maka, lakukanlah yang terbaik di sisa hidupmu. Teruslah menebar kebaikan dan manfaat untuk orang lain. Jangan lupa untuk berterimakasih pada orang-orang yang telah membuat harimu menjadi lebih baik.

Jangan lupa untuk tetap tersenyum setiap hari, pada semua orang yang kau temui. Berbahagialah setiap hari. Jagalah dirimu baik-baik. Senyummu, bahagiamu, keselamatanmu, kesehatanmu, kesuksesanmu, semua adalah bahagiaku, hal yang selalu kuharapkan darimu. Tapi, bukan berarti aku tak mau tahu tentang sedihmu, susahmu, gelisahmu, cemasmu, atau jatuhmu. Sungguh, bukan berarti aku tak peduli.

Justru jika suatu saat kau membutuhkan aku, datanglah. Datanglah kapanpun kau mau. Aku akan menyambutmu dengan senang hati. Jika kau butuh pundak untuk bersandar, datanglah. Akan kupastikan pundakku bisa membuatmu lebih baik. Telingaku siap mendengar apapun yang ingin kau ceritakan. Susah-senangmu, jatuh-bangunmu, sedih-bahagiamu. Semuanya. Janganlah kau ragu. Tanganku siap menguatkanmu ketika kau merasa hampir menyerah.

Memang hari itu kubilang aku akan pergi. Tapi, percayalah, aku tak pergi sama sekali. Aku tak meninggalkanmu. Sama sekali tidak. Tak tahukah kau bagaimana sakitnya hatiku ketika mengatakan itu? Lebih sakit dari yang pernah kubayangkan. Aku menangis, bukan karena kau tak mau mencegahku pergi. Tapi aku menangis, menyalahkan diriku sendiri yang tak mampu menjadi obat dari segala rasa sakitmu. Menyalahkan diriku sendiri yang tak mampu menjadi penenang dari segala kegelisahanmu. Menyalahkan diriku sendiri yang begitu tidak sabar mendampingimu.

Sekali lagi, aku tak pergi darimu. Aku tak meninggalkanmu. Jangan kau pinta aku untuk pergi lagi. Bagaimana bisa aku pergi sedangkan hatiku masih kau genggam? Bagaimana bisa aku pergi jika separuh bagian terbaikku adalah kamu? Bagaimana bisa?

Sayangku, semoga kamu mengerti. Aku tak pernah mencintai sedalam ini. Sangat dusta jika kubilang aku tak mau peduli lagi denganmu, tak mau tahu lagi urusanmu, tak mau bertemu lagi denganmu, tak mau lagi mencarimu. Semua dusta. Aku selalu ingin tahu kabarmu. Aku selalu ingin tahu bagaimana hari-harimu. Aku selalu ingin tahu apa kau baik-baik saja. Aku selalu ingin tahu, sedang apa kau di sana? Apa kau sedang bahagia? Apa kau sedang kesulitan? Aku selalu berharap bisa selalu ada di sampingmu.

Hingga saat ini, bagiku kau masih rumah. Tolong jangan paksa aku untuk mencari rumah yang lain, setidaknya untuk saat ini. Aku sudah terlanjur senang tinggal di dalammu. Aku tak mau pergi. Aku ingin mendampingimu selalu. Menemanimu dengan setia, tak peduli bagaimana kondisimu. Susah-senang, jatuh-bangun, sedih-bahagia, aku tetap ingin menemanimu. Aku ingin menjadi sebab ketika kau berhasil meraih segala cita-citamu. Aku ingin menjadi tempatmu pulang.

Sayang, jika kau masih senang di sana tanpa aku, tak apa. Tiada masalah bagiku. Setidaknya, kau tak perlu menghapus kontakku, kau tak perlu kau sembunyikan postinganmu dengan memasukkanku ke dalam daftar ‘hide story from’, kau tak perlu memutuskan koneksimu denganku. Jika kau lakukan itu, tentu akan sangat menyiksaku. Tak ada pesan darimu saja sudah membuatku tersiksa, tolong jangan tambah lagi. Setidaknya aku tahu kabarmu, setidaknya aku tahu kau sedang baik-baik saja melalui postingan status whatsapp atau Instagram-mu.

Sayang, jika kau masih belum mau pulang, tak apa. Nikmati saja dulu apa yang kau lakukan di sana. Tapi kau harus selalu ingat, aku tak pernah pergi, aku tak pernah meninggalkanmu. Jadi, ketika kau rasa sudah waktunya untuk pulang, pulanglah. Aku selalu menunggumu di depan pintu setiap hari. Tentu saja untuk menyambutmu dengan bahagia. Aku menantimu selalu, tak usah ragu. Aku memang tak bisa menjadi wanita-wanita di luar sana yang kau lihat lebih cantik, lebih menarik, lebih pintar, lebih dewasa, lebih segala-galanya. Tapi percayalah, sayang, setiap hari aku berusaha memperbaiki diri, untukmu, untuk diriku sendiri, untuk kita. Setiap hari, hingga hari ini, aku masih berusaha menjadi apa yang kau mau.

Sekali lagi kuucapkan padamu, selamat hari lahir. Semoga kau selalu dilimpahkan kebahagiaan yang tak terhingga. Semoga setiap langkahmu selalu dirahmati dan dilindungi Tuhan. Aku mencintaimu, selalu.


Ciputat, 09 Oktober 2018.

Kamis, 04 Oktober 2018

Dusta

Dusta
Jika kubilang,
Aku takkan mencarimu lagi
Padahal tetap kau yang kucari dalam setiap suka dukaku

Dusta
Jika kubilang,
Aku takkan membutuhkanmu lagi
Padahal aku setengah mati ingin menemuimu

Dusta
Jika kubilang,
Aku takkan mempedulikanmu lagi
Padahal aku selalu ingin bertanya bagaimana kabarmu

Dusta
Jika kubilang,
Aku takkan bersamamu lagi
Padahal aku sudah tak kuasa menahan rindu akan hadirmu

Dusta
Jika kubilang,
Aku takkan mencintaimu lagi
Padahal namamu masih kuselipkan diantara doa-doa baikku pada Tuhan

Ciputat, 04 Oktober 2018

Sabtu, 22 September 2018

Jatuh Cinta dengan Kesakitan

Banyak orang bilang, ketika hatimu mulai merasakan cinta, semua akan terasa indah. Sayur yang tak pakai garam pun rasanya akan mewah seperti makanan di restoran bintang lima. Jatuh cinta akan membuat matamu berseri sepanjang hari, senyum sumringah selalu terpancar dari wajahmu. Nafsu makanmu baik, berat badanmu juga akan bertambah saking bahagianya, walaupun hingga saat ini aku belum menemukan korelasi yang pas antara jatuh cinta dan berat badan.  Ah, pokoknya, kebanyakan orang menggambarkan jatuh cinta itu seolah-olah hal yang paling indah di dunia.

Aku tersenyum kecut mendengar celotehan ‘menjijikkan’ dari orang-orang yang jatuh cinta. Mereka hanya sedang terlena, belum saja nanti kau merasakan kalau jatuh cinta itu ternyata pahit. Lebih pahit dari rasa yang paling pahit yang pernah ada sekalipun. Aku tidak mendoakan, aku hanya memberikan peringatan saja. Masalah kau menerima atau tidak, itu urusanmu. Tapi yang jelas, aku sudah merasakannya berkali-kali.

Keindahan jatuh cinta memang pernah aku rasakan. Chat sampai larut pagi, membahas apa saja yang sebenarnya tidak penting. Saling mengirimkan gambar diri sendiri. Mempersiapkan kado ulang tahun. Menonton bioskop. Saling mencuri kulit ayam ketika sedang makan bersama. Pergi ke taman bunga. Pergi ke kebun raya. Pergi ke kebun binatang. Pergi ke museum. Pergi melihat air terjun. Pergi ke toko buku. Mengantarku pulang ke rumah dan bertemu kedua orangtuaku. Naik motor berdua ketika diguyur hujan deras. Menarik tanganku ke depan lalu memeluknya dari belakang ketika naik motor. Mencubit hidung. Memegang tanganku ketika aku mulai panik. Saling bertatapan. Ah tidak! Aku masih ingat jelas bagaimana matanya menatapku dengan senyumnya yang begitu membius, yang lama tak pernah ku lihat lagi. Rasanya aku rindu…….. Tidak. Cukuplah sampai sini bernostalgianya. Aku tak mau hatiku semakin hancur dibuatnya.

Ya, hancur. Bagaimana tidak, tanpa pernah kuduga, orang yang kuanggap paling membuatku bahagia telah menjelma menjadi seorang raja tega. Entah apa maksudnya, aku pun tak tahu. Hingga saat inipun aku masih tak mengerti apa yang sebenarnya telah terjadi. Dia tak pernah lagi berbicara padaku. Berbulan-bulan kuhabiskan malam panjang dengan berpikir, apakah aku telah melakukan suatu kesalahan sehingga membuat dia seperti itu? Tapi hingga kini aku tak pernah mendapat jawaban darinya, apalagi dari diriku sendiri yang hanya bermodalkan renungan malam.

Dia menjadi begitu dingin. Tak pernah menyapaku, itu sebabnya pasti aku yang selalu menyapanya lebih dulu. Setiap kali kuajak bertemu, dia selalu menolak dengan seribu satu alasan. Aku tak tahu apakah alasan itu benar, atau hanya karangannya sendiri, tapi aku selalu berusaha untuk percaya.
Aku menjadi seperti orang paling bodoh di dunia. Sudah jelas-jelas dia tak akan menghubungiku, masih saja kutunggu. Sudah jelas-jelas dia tak ingin bertemu, masih saja aku merengek. Sudah jelas-jelas dia tak butuh aku lagi, masih saja berlagak untuk selalu ada. Sudah jelas-jelas dia tak mau aku datang, masih saja kurelakan waktuku terbuang sia-sia hanya untuk menemuinya. Sudah jelas-jelas dia tak mau mendengarkan lagi, masih saja memintanya untuk mendengarkan. Sudah jelas-jelas dia menginginkanku pergi, masih saja bertahan. Sudah jelas. Terlalu jelas.

Betapa keras usahanya untuk menghancurkan hatiku. Dia berhasil. Aku telah hancur sehancur-hancurnya. Kesabaranku runtuh. Tangisku meledak. Bahkan ketika kubilang bahwa aku akan mengabulkan harapannya – harapan agar aku pergi – aku  meledak sejadi-jadinya. Bukan berlebihan. Tapi coba kau rasakan ketika kau sudah banyak menaruh harapan kepadanya, dia mematahkan semuanya. Ketika kau sudah begitu percaya bahwa masa depanmu adalah dia, dia malah memintaku untuk pergi.

Patah. Sakit. Hancur. Lebur. Sepertinya aku takkan pernah bisa menggambarkan bagaimana perasaan sakit itu. Saking sakitnya. Rasanya tak pernah aku berada di titik sesakit ini. Bagaimana tidak, semua karena aku juga tak pernah merasakan cinta yang sedalam ini, seserius ini. Bahkan higga hari ini. Hatiku memang hancur, tapi cintaku tidak.

Aku tak bisa mengerti diriku. Bagaimana bisa aku masih merasa bahwa esok akan baik-baik saja dan kembali bersama dia? Entah imajinasi gila apa yang sudah merasuk dalam pikiranku. Sudah tahu sakit, masih saja berharap bisa bersamanya lagi. Masih saja meminta kepada Tuhan agar suatu saat dipersatukan lagi. Memang gila. Sahabatku pun memakiku demikian.

Entah ini firasat baik atau aku hanya tenggelam dalam imajinasi yang kuciptakan sendiri. Aku sadar dia telah begitu menyakitiku, tapi aku masih yakin dan ingin tetap bertahan dengan dia. Sahabatku bertanya, “Kenapa kau begitu tega menyakiti diri sendiri? Tak cukupkah kau disakiti dia?”. Aku tertawa. Jelas sangat cukup sekali dia menyakitiku, tapi rasa yakinku pada dia masih mengalahkan semuanya. Jangan tanya kenapa, karena aku tak akan pernah bisa menjawab.

Yang kutahu hanyalah aku dan dia akan tetap baik-baik saja, selama bersama. Yang kuhadapi saat ini kuanggap hanya ujian dari Tuhan. Tuhan mengujiku, seberapa kuat aku bisa mempertahankan perasaan cintaku. Ah, atau mungkin Tuhan sedang menguji kami berdua. Tuhan ingin menguji, sampai sejauh mana aku dan dia bisa melewati ketidaknyamanan yang sedang melanda hubungan kami. Tapi sayang, dengan dia memintaku pergi, itu artinya dia kalah. Atau mungkin, kekalahan dia juga masih bagian dari ujian? Tuhan ingin menguji, apakah aku masih bisa mempertahankan cinta ini meskipun dia telah memintaku pergi, dan apakah dia sanggup untuk melangkah dengan meninggalkan hati yang tak hanya dibuat patah, tapi juga hancur lebur karenanya.

Aku, kau, dia, mereka, semua tak pernah ada yang tahu, kecuali Tuhan. Dan yang kutahu saat ini hanyalah, aku masih sangat mencintai dia yang telah membuatku hancur dan menangis setiap malam. Maka, jatuh cinta menyenangkan itu dusta. Buktinya, hari ini aku jatuh cinta dengan sangat kesakitan.

Ciputat, 22 September 2018.

Sabtu, 08 September 2018

Bagaimana Mungkin

Bagaimana mungkin kau merasa baik-baik saja sedangkan ada hati yang kau buat hancur berantakan?

Bagaimana mungkin kau bisa merasa tentram sedangkan ada hati yang kau taburkan benih pengharapan di dalamnya, lalu kau tinggalkan begitu saja ketika harapan-harapan itu sudah tumbuh dengan baik?

Bagaimana mungkin kau bisa istirahat dengan nyaman sedangkan ada hati yang setia menunggu sapamu barang sedetik?

Bagaimana mungkin kau bisa tidur nyenyak sedangkan ada raga yang rela terjaga dan tak bosan menyebut namamu di sepertiga malam meski kau sakiti berkali-kali?

Kau Dulu Berwarna Pelangi

Kau dulu berwarna pelangi
Setiap luka kau ganti dengan kebahagiaan setiap hari
Tak pernah gagal membuatku tersenyum manis
Kau dulu indah sekali
Dengan senyum yang menyejukkan hati
Bahagiaku bersamamu seolah tak pernah habis

Kini, aku memandangmu bagai orang asing
Tak lagi ku temukan warna pelangi dalam dirimu
Yang ada sekarang hanya kelabu
Aku seperti orang sakit karena masih enggan berpaling
Mungkin karena aku yang terlalu mencintaimu
Atau kau yang selama ini hanya memberikan harapan palsu

Semakin sakit, semakin menusukku dalam sekali
Sangat ingin kukatakan tapi aku tak punya nyali
Jadi kubungkus rasa sakit ini dengan bahagia yang semu
Aku yakin kau tahu, tapi kau tak mau peduli
Dan tak ada sedikitpun niatmu untuk memperbaiki
Sedang aku, dengan gilanya masih bertahan mencintaimu 

Aku Pamit.

Sangat ingin tahu kabarmu lalu berkata aku rindu. Tapi rasanya aku sudah lelah jadi perempuan tak tahu diri. Sudah tahu rinduku sepihak, ma...