Selasa, 28 Mei 2019

Aku Pamit.

Sangat ingin tahu kabarmu lalu berkata aku rindu. Tapi rasanya aku sudah lelah jadi perempuan tak tahu diri. Sudah tahu rinduku sepihak, masih saja berusaha keras. Sungguh maafkan aku yang terlalu keras kepala dan dungu.

Terlebih, ketika aku melihat postinganmu yang terakhir. Kurasa, kamu sudah benar-benar bahagia sekarang. Tentu saja tanpa hadirku di sampingmu.

Aku tahu, cepat atau lambat, aku akan tergantikan. Sakit memang. Dadaku sesak. Jantung berdebar tak karuan. Harapku tak banyak, semoga dia kelak jadi perempuan yang bisa menerimamu dan keluargamu dalam segala kondisi. Dan, semoga kau bahagia bersamanya.

Baiklah, mungkin sampai kapanpun aku bukan perempuan yang kau mau. Mulai hari ini, aku pamit. Tak akan ada lagi tulisan-tulisan tentangmu, aku janji ini yang terakhir. Tak akan lagi aku mencarimu. Tak akan lagi aku menunggumu pulang. Tak akan lagi aku merengek pada Tuhan untuk memintamu kembali. Tak akan lagi bantalku basah setiap malam karena mengingatmu. Tak akan lagi aku menangisimu. Aku tak akan menantikanmu lagi. Aku sadar betul, ada cinta lain yang butuh disambut dan aku berhak bahagia tanpamu, seperti kau bahagia tanpaku.

Kini, saatnya aku berhenti mencari tahu keadaanmu, karena sekarang aku yakin tentu kau sangat baik-baik saja. Mulai hari ini, aku benar-benar telah merelakanmu. Aku ikhlas atas segala patah hatiku, aku ikhlas atas kenyataan bahwa kau memang bukan orang yang Tuhan ciptakan untuk menemaniku hingga hari tua nanti.

Aku sama sekali tak menyesal pernah bertemu dan mencintai kamu. Sebab kau membuatku nyaris sempurna dalam mencintai dan patah hati. Berkatmu, aku tahu aku telah menjadi perempuan kuat. Terimakasih. Semoga Tuhan melindungimu selalu.

Sukabumi, 28-05-2019

Minggu, 19 Mei 2019

Tak Ada yang Lebih Hebat

Lewat sepuluh hari tak menyapamu
Rupanya aku mampu lakukan itu
Meski rindu masih tetap berkecamuk
Meski hati masih terasa begitu sendu

Aku hanya bisa menatap potret dirimu
Aku juga selalu memperhatikanmu
Kau berada di jarak yang amat sulit kujangkau
Ah, lagi-lagi rindu membuatku risau

Kurasa aku tak pernah bisa berhenti
Merindukanmu selalu seirama denyut nadi
Kau begitu kusayangi dan kucintai
Benar-benar tanpa tapi

Semua tentangmu masih lekat di ingatan
Tentang senyummu yang memabukkan
Tentang kata-katamu yang menenangkan
Juga genggam tanganmu yang buatku merasa aman

Sungguh, tak ada lagi rasa yang lebih hebat
Selain cintaku padamu yang tak kenal tamat
Padamu, hatiku terlanjur tertambat
Sejak hari itu, tak pernah sedikitpun berkarat

Ciputat, 19-05-2019

Jumat, 10 Mei 2019

Sia-Sia

Kerjamu merindu terus,
Perasaan itu memang paling berengsek!
Lantas siapa yang akan bertanggung jawab atas kesakitanmu?
Berhentilah merengek!

Otakmu benar-benar lumpuh
Jiwamu juga semakin lusuh
Hatimu sebentar lagi melepuh
Berhentilah menjadi rapuh!

Jangan harap dia akan bertanggungjawab
Atas sakit yang membuatmu terjerembab
Penyebab sakit adalah dirimu sendiri,
Maka harusnya penyebab sembuh juga dirimu sendiri

Atau kau belum cukup puas
Melihat air matamu terus-terusan dikuras
Matamu bengkak tiap pagi harinya
Tapi dia tetap tak akan bertanya

Sungguh kau seorang yang menyedihkan
Air matamu, sia-sia
Waktumu, sia-sia
Tenaga dan kesabaranmu, sia-sia

Sukabumi, 10-05-2019

Minggu, 05 Mei 2019

Surat Untuk November

Kau tahu? Aku sungguh lelah. Benar-benar lelah. Rasanya semakin hari rasa sakit ini semakin menyiksa. Bantalku basah setiap malam, sebab menangis sebelum tidur sepertinya sudah jadi hobiku sejak kau tak lagi sama. Perih hatiku belum sembuh juga, obatnya cuma kamu, tak ada lagi. Beberapa orang mencoba mendekati tapi aku tak membuka pintu. Tahukah kamu? Pintu itu akan terbuka hanya jika kamu pulang. Sungguh, aku menunggumu pulang, sayang. Sedang apa kau di sana? Apa kau temukan perempuan lain sehingga kau tak mau pulang juga? Sudahkah kau pastikan bahwa dia akan setia mencintaimu lebih dari aku mencintaimu? Sudahkah kau pastikan dia akan menerima segala yang ada pada dirimu seperti aku menerimamu? Karena kau, benar-benar telah menjadi bagian terbaik dalam hidupku.

Sayang, kupastikan tak ada yang mencintaimu seperti aku padamu. Tak ada yang seperti aku, tetap bertahan menantimu pulang meski hatiku telah tersakiti berkali-kali. Tetap mendoakan kebaikanmu meski diabaikan berkali-kali.

Aku benar-benar menantikan pertemuan denganmu lagi. Meski kutahu, justru mungkin kau berharap tak bertemu aku lagi. Sayang, kuharap kau ingat apa yang kita sama-sama katakan pada satu malam di bulan November. Kita akan bersama menjadi lebih baik. Aku yakin lelaki sepertimu pasti tak akan berdusta dengan kata-katanya. Aku akan selalu berusaha memperbaiki diriku, menjadi seorang wanita yang kau banggakan. Begitu pula kau, akan selalu jadi lelaki terbaik yang kubanggakan.

Coba kau pikir; meski kau tak sama lagi sejak sekitar setahun lalu, tapi aku padamu masih sama. Dulu, aku mencintaimu dari jauh, sekarang pun lagi-lagi aku harus mencintaimu dari jauh. Bedanya, dulu kau adalah seorang lelaki yang hangat, sementara sekarang kau telah berubah menjadi sangat dingin. Lantas, setelah kau berubah, apakah aku pergi? Ya, mungkin aku pernah bilang aku akan pergi. Tapi, nyatanya aku tak pernah benar-benar pergi. Meski tidak menghubungimu, aku masih menghubungi Tuhan dan meminta padaNya untuk selalu menjagamu, kapanpun, dimanapun.

Dear Novemberku, aku mencintaimu bahkan sejak sebelum pertemuan pertama terjadi. Hingga hari ini, ketika kau berusaha menjadi asing lagi, aku tetap mencintaimu. Pulanglah sayang, pintu ini akan selalu terbuka untukmu. Mari mulai lagi semuanya dari awal dan saling bercerita tentang apa yang telah masing-masing kita lewati selama tak seiring. Kemudian, kita perbaiki semuanya dan berjalan beriringan lagi sampai kita tua, mati dan memiliki rumah abadi di surga.

Jakarta, 05-05-2019

Rabu, 24 April 2019

Sinting, Katanya.

"Kenapa kau tak bosan-bosan mencari dia? Padahal kau tahu sendiri, dia sudah sangat berubah. Dia tak peduli lagi padamu."

"Mungkin karena aku telah menjadikannya rumah. Seberapapun menyebalkan rumah itu, kau tak akan pernah bosan pulang. Kau pasti pulang."

"Lalu, apakah menurutmu dia menjadikanmu rumah juga?"

"Mungkin tidak. Aku hanya sebatas tempat singgah yang bisa ditinggalkan kapan saja ketika dia mulai jenuh."

"Kau tahu kau hanya tempat singgah. Kenapa kau tetap jadikan ia rumah?"

"Aku tidak tahu."

"Kurasa kau mulai sinting."

"Kau berbicara begitu karena kau tidak pernah sedalam ini ketika mencintai seseorang."

"Oh, sekarang aku yakin kau benar-benar sinting."

"Terserah."

"Ya Tuhan, apa yang harus kulakukan agar sahabatku ini bisa sembuh dari kesintingannya."

"Sebenarnya sederhana saja. Sosok dia hadir di depan mataku sekarang juga."

"Lalu apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan menampar wajahnya sekeras mungkin, kemudian memeluknya dan menangis di dalamnya."

"Kenapa? Kalau ingin tampar, tampar saja. Tidak usah kemudian memeluknya."

"Tidak bisa begitu. Aku membenci dia, karena itulah aku akan menamparnya. Tapi aku pun tak bisa berbohong bahwa aku tetap mencintainya. Jadi, aku harus tetap memeluknya. Aku pasti akan sangat bersalah karena telah menyakiti wajahnya dengan tamparanku itu."

"Keterlaluan. Kau bilang akan merasa bersalah karena telah menyakiti wajahnya? Kau tidak berpikir bahwa dia sepertinya tak merasa bersalah setelah menyakiti hatimu dan membuatmu menjadi sinting begini."

"Aku tidak peduli itu. Bukan urusanku. Urusanku cuma satu; mencintainya."

"Dasar budak cinta."

"Kau berkata begitu karena kau belum.."

"Ya, aku belum pernah mencintai seseorang sedalam kau mencintai dia."

"Akhirnya kau mengerti." 

"Terpaksa harus kumengerti. Sebab orang sepertimu tak mempan diberi nasehat apapun."

"Kau benar."


-Sebuah percakapan bersama kawan di Ciputat, 24-04-2019-

Jumat, 19 April 2019

Abadi Bersamamu

Aku pernah bermimpi tentang pernikahan bersamamu
Kau pasangkan cincin itu di jari manisku
Semua mata tertuju pada kita yang bersanding di pelaminan
Kita tersenyum dengan tangan yang erat bergenggaman

Aku pernah bermimpi menghabiskan sisa hidup bersamamu
Setiap pagi dan malam kulihat kau disisiku
Di rumah kita yang sederhana, bersama buah hati kita
Hingga rambut kita memutih, hingga kita sama-sama tua

Tak ada yang lebih kuinginkan selain bersamamu, sayang
Berdua mengarungi kehidupan
Bahkan sampai di keabadian
Di kehidupan setelah kematian

Ciputat, 19-04-2019

Selasa, 16 April 2019

Sampai Kapanpun, Aku Menunggumu

Rasa ini tak kunjung memudar
Rindu ini tak pernah mereda
Aku masih setia menatapmu dari kejauhan
Memastikan kau bahagia dan baik-baik saja
Tersiksa hatiku kala tak mampu menyapamu
Tak juga kulihat kau menujuku
Malah kau semakin hilang
Tapi kau tinggalkan sejuta kenang
Kau tahu? Sejauh apapun kau pergi,
Sepertinya aku akan tetap di tempatku
Menunggumu pulang
Menanti cerita perjalananmu
Jika hari itu datang,
Aku akan memelukmu erat
Seerat-eratnya, selamanya
Sampai kita kehabisan nafas.

Ciputat, 16-04-2019

Jumat, 12 April 2019

Singgah di Kotamu, Sesak.

Singgah di kotamu, aku tak sanggup bernafas.
Jejak kenangan kita masih terus terbayang.
Padahal seberapapun rindu, pasti akan kau hempas.
Perih di hatiku makin menjadi,
Menggerogoti jiwa yang hampa menyaksikanmu tak kunjung datang.
Kini, setiap kudengar namamu, kotamu, atau segala hal kesukaanmu, dadaku terasa begitu sesak.
Sungguh, bukannya aku mengada-ngada.
Tapi beginilah rasanya ketika kau kehilangan seseorang yang kau cintai dan sangat berharga di hidupmu.

Semoga kelak kau tak merasakan sakit sesakit hatiku saat ini. Biar aku saja, kau harus tetap bahagia. Aku mencintaimu.

Stasiun Cikarang, 12-04-2019.

Kamis, 04 April 2019

Sebuah Catatan Patah Hati

Aku merindukanmu hingga hampir sekarat
Sementara kau kian hari kian membangun sekat
Hingga tak ada lagi yang mampu ku perbuat
Sampai kapanpun aku tak akan terlihat

Aku masih berdiri menunggumu di persimpangan
Berharap kau kembali menjadikanku tujuan
Rasa sakit ini terus membunuhku perlahan
Tatkala kau semakin jauh dari jangkauan

Mungkin semua orang akan memakiku perempuan dungu
Begitu keras kepala terus-terusan menunggumu
Susah payah berjuang demi lelaki sepertimu
Dan kau, mungkin menganggapku pengganggu

Aku tahu betul resiko buruk yang mungkin terjadi
Bisa jadi kau malah menunggu perempuan lain lagi
Bisa jadi kau memang tak berniat kembali
Bisa jadi kau sangat berharap aku segera pergi

Tapi maafkanlah perempuan egois tak tahu diri ini
Yang kerap merindukanmu setengah mati
Yang tak pernah mau kisah kita tersudahi
Lagi pula, bagaimana bisa aku pergi jika kau tetap jadi yang kuingini?

Ciputat, 04-04-2019

Kamis, 21 Maret 2019

Hanya Untuk Kamu, Satu-Satunya

Sayang, aku yakin kamu pasti belum tidur. Biar kutebak, kamu pasti masih mengerjakan sesuatu, entah tentang persiapan kelas weekendmu, atau tentang coding-coding yang aku tak pernah bisa mengerti. Ah, atau mungkin kamu sedang membaca buku? Buku apa yang sedang kamu baca? Pasti menarik sekali. Aku tahu kamu tak berubah, sayang.

Sayang, selagi kamu selesaikan urusanmu itu, aku ingin menulis tentangmu, ya. Biar tulisan ini bisa jadi pengantar tidurmu.

Sayang, tentu kamu di sana baik-baik saja, bukan? Pasti jauh lebih baik kurasa. Aku tahu kamu selalu bisa menyelesaikan semua urusanmu dengan baik. Kamu memang sosok yang sangat bisa diandalkan, oleh siapapun. Percayalah, pasti banyak orang mengagumimu. Jangan merendah untuk ini, aku tahu kamu pasti akan merendah.

Sayang, boleh kukatakan sesuatu? Kamu tahu aku benar-benar seorang pencemburu. Sekarang ini pun, cemburuku tak kenal berhenti. Aku cemburu pada semua orang yang kamu temui setiap hari, siapapun itu. Mereka begitu mudah bertemu denganmu. Mereka mudah mendapatkan senyummu, atau justru mereka bisa menjadi alasan kau tersenyum, sekecil apapun. Mereka mudah berbicara denganmu, membahas tentang apapun yang kalian suka.

Aku cemburu, sayang. Kenapa aku tak bisa lagi seperti mereka? Tak pernah kudapatkan kesempatan melihatmu lagi, kecuali dalam foto tentu. Jangankan bertemu, menyapamu via whatsapp saja kadang hanya berujung gantung. Tak pernah kudapatkan balasan.

Kamu tahu, tidak?
Setiap kali kamu membalas pesanku, setiap kali aku melihat namamu muncul di timeline media sosial, setiap kali aku mendengar namamu, jantungku masih saja berdebar. Getarannya masih sama seperti pertama kali aku melihatmu. Kamu ingat betapa manisnya kita dulu? Aku pikir semua itu tak akan pernah berubah, sayang. Sungguh kusesali perpisahan kita kala itu.

Kamu tahu tidak kenapa kamu masih bisa membuatku berdebar hingga saat ini? Karena aku masih begitu mencintaimu. Jangan tanya secinta apa, yang jelas aku memang tak pernah sedalam ini ketika mencintai. Karena itu, ketika kutahu kita tak bersama lagi, rasanya pun tak pernah semenyakitkan ini.

Mungkin kebersamaan kita memang tak lama, tapi kenangan yang kita lewati tak pernah ada habisnya. Kemanapun aku pergi, aku selalu bisa melihatmu, dengan rasa rindu dan sakit hati yang melebur jadi satu.

Kamu tahu tidak? Aku amat mencintaimu karena bagiku kamu benar-benar sosok idaman. Mungkin perempuan-perempuan di luar sana juga berkata demikian. Disadari atau tidak, kamu telah banyak membuatku berubah. Dari kamu, aku belajar banyak hal. Aku belajar jadi perempuan yang tangguh, aku belajar jadi perempuan yang kuat. Aku belajar melihat segala sesuatu dari sudut pandang lain, aku belajar menjadi lebih dewasa dan mandiri. Aku belajar memasak, aku belajar untuk terus menjadi seorang perempuan pembelajar. Karenanya aku benar-benar bersyukur telah dipertemukan dengan laki-laki hebat sepertimu.

Terimakasih, ya. Aku tahu aku tak banyak melakukan sesuatu yang berarti untukmu, atau bahkan mungkin selama ini hadirku hanya mengganggumu saja. Aku minta maaf jika memang itu benar.

Sayang, aku harap kamu bisa terus menjadi dirimu sendiri. Menjadi kamu yang bisa membawa manfaat dan perubahan positif untuk orang-orang di sekitarmu. Semoga Tuhan selalu menjaga langkahmu agar tetap berada di jalan kebaikan. Semoga Tuhan juga senantiasa memberimu nikmat sehat dan bahagia setiap hari. Jika kamu lelah dan merasa butuh seseorang untuk bersandar, datanglah padaku kapan pun kamu mau. Pelukku akan selalu terbuka untukmu. Tak perlu ragu, sebab bagaimanapun keadaanmu, aku (masih tetap) mencintaimu. Sangat, sangat mencintaimu.

Dari perempuan yang sempat mengisi hatimu dan digenggam erat.
Tulisan ini hanya untuk kamu, satu-satunya.
Ciputat, 21 Maret 2018.

Sabtu, 02 Maret 2019

Mencintaimu, Sakit.


Aku tak tahu jika mencintaimu ternyata bisa sesakit ini
Tak ada sesuatu apapun yang mampu mengobati
Rindu ini terus tumbuh tanpa tahu diri
Sebab itulah hati semakin menjerit-jerit

Harga diriku seperti sudah tak ada arti
Karena terus berharap bisa bersama lagi
Mengapa masih saja kupercaya kau akan kembali
Tanpa tahu disana mungkin kau mencari lagi

Tahukah bahwa kau satu-satunya yang membuatku begini
Hatiku masih menginginkanmu meski kau tak kunjung menyadari
Akulah perempuan yang mencintaimu sepenuh hati
Setiap hari, tanpa jeda walau sedetik



Ciputat, 02-03-2019

Kamis, 28 Februari 2019

Dalam Perjalanan Kereta

Sore ini pukul empat tiga puluh
Tubuhku sepertinya agak sedikit berpeluh
Setelah berjalan menuju stasiun
Di mana memori tentangmu akan kembali tersusun

Deru kereta mengantarku ke tujuan
Potret dirimu hadir lagi dalam ingatan
Kau tatap aku dengan sebuah senyuman
Dan kita masih sama-sama malu bergandengan

Sekarang pukul empat lewat empat lima
Aku di sini, di tempat kita biasa berjumpa
Kemudian pergi kemanapun asal kita bersama
Saat itu, kita rasakan bahagia berdua

Setiap peron dan gerbong kereta
Kulihat kita bercengkerama dan tertawa
Kemudian kau tertidur karena mulai merasa lelah
Melihatmu pulas, aku sangat suka

Sudah pukul lima
Di stasiun ini, kita biasa menunggu kereta berikutnya
Bukan karena apa-apa,
Tapi karena aku ingin melihatmu lebih lama

Pukul lima dua puluh aku sampai di tujuan
Kulihat kita masih tak mau terpisahkan
Hingga akhirnya kita berjabat tangan
Lalu kukecup punggung tanganmu sebagai kenang-kenangan

Ditulis dalam perjalanan kereta Gondangdia-Pondok Ranji
28-02-2019

Senin, 25 Februari 2019

Dear you, (2)


Jika benar telah kau temukan
Seseorang yang membuatku tergantikan
Sama sekali tak mengherankan
Sebab pria sepertimu pasti jadi idaman
Setiap senyum dan tutur katamu,
Sikap dan tingkah lakumu,
Dan caramu melihat dunia,
Perempuan mana yang tak terpana?
Kurasa banyak dari mereka yang menantimu
Kau tinggal pilih yang terbaik menurutmu
Sedang aku, hanya bisa menatapmu dari jauh
Berharap kau bisa melihat ke arahku
Tapi mungkin aku harus belajar tahu diri,
Mungkinkah kau benar-benar putuskan untuk pergi?
Benar kau takkan kembali padaku lagi?
Lantas apa guna aku menunggumu selama ini?
Aku, hanya perempuan biasa dalam masa lalumu
Sedang kau, masih selalu kuanggap bagian masa depanku
Adakah sedikit saja waktu untuk kita bisa bertemu?
Ingin rasanya aku bisa kembali meyakinkanmu
Bahwa hanya kau yang benar-benar kuinginkan
Bahwa hanya denganmulah aku ingin menata masa depan
Bahwa rasa sayangku padamu tak pernah pudar
Bahwa cintaku padamu tak kenal gentar
Sayang, salahkah aku jika masih mencintaimu?
Salahkah segala penantianku padamu?
Salahkah jika masih kutunggu hari itu?
Hari dimana kau dan aku akan kembali bersatu

Ciputat, 25-02-2019

Minggu, 24 Februari 2019

Dear you,

Sungguh, aku benar-benar tak pandai dalam berpura-pura.
Pura-pura tak peduli, pura-pura tak rindu, apalagi pura-pura tak mencintaimu lagi.
Maka, jangan paksa aku menjauh darimu.
Aku tetap ingin bersamamu, aku tetap ingin kita yang dulu, yang pernah sedekat nadi.
Aku tetap ingin kita yang pernah saling mencari.
Ketahuilahsayang, setelah bertemu denganmu, benar-benar kuhentikan pencarianku.
Bahkan saat kau memilih tak bersamaku lagi, aku justru masih setia di tempat yang sama.
Tak pernah sedikit pun beranjak, apalagi mencari sosok lain untuk menggantikanmu. Tak pernah.
Sekuat hatiku tetap menunggumu kembali sambil aku menata diri.
Perasaanku tak pernah sedikitpun berkurang.
Setiap ada pesan darimu, bahagiaku masih sama.
Setiap kulihat potretmu, getaranku pun masih sama.
Degup jantungku masih seirama seperti pertama kali aku melihatmu.
Percayalah, aku tak pernah berubah.
Kan kau sendiri yang memintaku untuk tidak berubah?
Jadi, tak usah khawatir.
Aku tetap mencintaimu.

Sukabumi, 24-02-2019

Kamis, 21 Februari 2019

Perempuan Tak Tahu Diri!

Kenapa mencintainya bisa semenyakitkan ini? Kenapa hatimu masih belum mau beranjak pergi? Padahal jelas sudah semuanya, sepertinya bukan kau yang dia mau. Kenapa kau bisa sekeras kepala ini?

Apa guna kau merindukannya sampai menangis setiap malam? Tak adakah yang lebih layak untuk kau tangisi? Kapan kau akan sadar diri? Kau, bukan perempuan yang dia cari.

Sampai kapan kau menunggunya kembali? Tak terbukakah matamu untuk bisa melihat jelas, dia sama sekali tak ingin menemuimu lagi. Lalu, apa yang akan kau lakukan jika ternyata dia menemui perempuan lain?

Benar-benar. Tentu baru kali ini kau rasakan jatuh cinta bisa sangat menyiksa. Sakit sesakit-sakitnya. Patah sepatah-patahnya.

Memang bodoh! Siapa suruh kau menyimpan begitu banyak harapan padanya? Tentang masa depan bersama, tentang hari tua bersama.

Sungguh sakit bukan? Rasakan! Rasa sakit ini memang kau sendiri yang buat. Jangan salahkan dia, jangan salahkan keadaan. Otakmu yang lumpuh!

Ciputat, 21-02-2019

Selasa, 19 Februari 2019

Ingatanku Masih Selalu Tentangmu

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentang pertemuan kita yang pertama kali
Kau tahu hari itu telah lama ku nanti
Aku amat gugup hingga bisa kurasakan degup jantungku sendiri

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentang satu malam di November dua tahun lalu
Kita tersenyum malu-malu
Menghabiskan waktu berdua hingga larut

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentang hari ulangtahunmu
Di antara deras hujan malam itu
Kau bilang, aku selalu cantik bagimu

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentang pertemuanmu dengan kedua orangtuaku
Kita tersenyum malu-malu
Tapi mereka justru terkagum-kagum

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentang kebun raya favouritmu
Tentang genggaman tanganmu yang pertama
Tentang menonton film bersama-sama

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentang sudut favoritmu di toko buku
Tentang perjalanan kita dengan kereta
Tentang pose kita di taman bunga

Ingatanku masih selalu tentangmu
Tentangmu yang selalu bisa menenangkanku
Tentangmu yang tak pernah gagal membuatku tersenyum
Dan aku merasa begitu sempurna bersamamu

Kau benar-benar tidak rindu?
Sayang, rupanya kau pernah semanis itu
Sebelum akhirnya kau ubah malamku
Menjadi lebih gelap dan sendu

Haruskah melulu kupertaruhkan harga diri
Demi bisa bercengkrama denganmu lagi
Sebab rinduku belum juga bisa menepi
Padamu, si pemilik hati

Sampai kapan dirimu kutangisi
Padahal kau tak juga mau peduli
Tak sekalipun langkahmu menuju kemari
Terus saja kusakiti diri sendiri

Sayangku,
Kau tahu aku hampir menyerah menunggu
Tapi yakinku selalu mampu kembali menggebu
Meski resiko terburuk bisa pelan-pelan membunuhku

Ciputat, 19-02-2019

Selasa, 12 Februari 2019

Salahkah?

Sayang, rindu ini rasanya tak pernah tuntas
Ia kerap tumbuh melampaui batas
Hati ini juga tampaknya mati rasa
Kecuali padamu, tentu saja

Salahkah jika rindu ini terus kupelihara?
Makin hari ia makin meronta
Sebab menuntut pertemuan secepatnya
Tapi kau tak pernah terlihat berusaha

Salahkah jika hati ini terus mencintai
Sosok yang begitu sulit kugapai?
Tahukah kau berapa kali pertahananku hampir rubuh
Tapi selalu berhasil bangkit karena rasa yang amat teguh

Aku berani bertaruh
Kan tak ada perempuan yang amat keras kepala sepertiku?
Sepenuh hati mencintai, tak pernah runtuh
Seluruh jiwa menanti, tak pernah mengeluh

Ciputat, 12-02-2019

Sabtu, 09 Februari 2019

Kau (Tetap) Bagian Terbaikku

Kau tahu, setiap malam kunantikan pesanmu
Selalu kuharapkan notifikasi darimu
Rasa-rasanya ingin kusapa kau lebih dulu
Tapi sepertinya kau tak menghendaki itu

Kau tahu, ingin sekali kutanya kabarmu
Ingin kutanya bagaimana hari-harimu
Apakah kau bahagia sekarang?
Adakah sedetik saja diriku kau kenang?

Tak menghubungi bukan berarti aku tak peduli
Bukan berarti aku tak mau tahu lagi
Andai kau tahu, senyumku merekah
Saat namamu muncul di timeline media sosial

Tak menghubungi bukan berarti aku tak mencintai
Bukan berarti aku tak rindu kamu lagi
Kau tetap menjadi satu-satunya
Tak pernah sedikitpun tergantikan

Aku mencintaimu tanpa mengenal jeda
Begitupun rinduku, tak pernah lelah
Makin hari ia tumbuh semakin besar
Meski tak juga sampai pada kau, Tuannya

Aku mencintaimu benar-benar sebagai kamu
Karenanya perasaan ini tak pernah pupus
Juga tak pernah lekang oleh waktu
Bagaimanapun, kau tetap jadi bagian terbaikku

Ciputat, 09-02-2019

Senin, 04 Februari 2019

Kau Harus Bertanggung Jawab


Makin hari, makin tak tertolong rasa sakit ini
Hati sudah terlanjur rusak, pecah berkeping-keping
Siapapun, tak ada yang bisa memperbaiki
Kau, bisa-bisanya
Langkahmu yang semakin jauh
Seperti tak ada beban sama sekali
Kau, bisa-bisanya
Bersikap begitu kejam
Terhadap hati yang amat rapuh
Benar, bagimu aku adalah masa lalu
Sementara aku, menganggap kita tak pernah berlalu
Dungu
Tak ada otak
Aku, bisa-bisanya
Ketika langkahmu semakin jauh
Aku tetap setia menunggu tanpa jenuh
Aku, bisa-bisanya
Bersikap begitu bodoh
Menangisimu dan berharap kau mendengarku
Atas setiap tangisku,
Atas setiap kehancuranku,
Atas setiap lukaku,
Atas setiap rinduku,
Kaulah satu-satunya yang harus bertanggung jawab.

Ciputat, 04-02-2019

Selasa, 29 Januari 2019

Jangan Memintaku Berhenti

Aku paham betul, waktu tak akan pernah menunggu
Aku harus terus melanjutkan hidup
Mereka bilang, jangan melulu terjebak masa lalu
Sebab pasti ada cinta lain yang ingin disambut

Beberapa orang bertanya
Sampai kapan aku menyimpan luka?
Dipelihara pun tak ada guna
Waktunya aku untuk bahagia

Mereka semua tak pernah mengerti,
Justru bahagiaku adalah mencintaimu
Berbalas atau tidak aku tak mau peduli,
Biar saja itu jadi urusannya sendiri.

Mencintaimu adalah yang terindah
Jangan paksa aku untuk berpindah
Sebab kau tetap jadi yang tersayang
Meskipun bagimu aku telah terbuang

Kau tahu bahwa kau telah kucintai
Bahkan sejak sebelum pertemuan pertama terjadi
Hingga detik ini pun kau adalah yang terkasih
Dihatiku tak pernah sekalipun kau tersisih

Biarlah aku tetap pada pendirianku sendiri
Kumohon jangan memintaku berhenti
Untuk selalu tetap mencintai
Meski luka terus menyiksa setiap hari

Sekarang, kau boleh berkelana sesuka hati
Sementara aku akan terus menata diri
Hingga saatnya nanti kau kembali
Ku pastikan kau takkan melepasku lagi

Stasiun Manggarai, 29 Januari 2019.

Kamis, 24 Januari 2019

Dear November


Dear November,
Tak tahu lagi harus kugambarkan seperti apa dirimu
Ketika semua rasa lebur menjadi satu
Keindahan, ketenangan, dan kedamaian
Kasih sayang, cinta, dan harapan
Patah hati, luka, dan kepedihan
Semua kau berikan dengan sempurna
Hampir tak ada cela

Dear November,
Kau berhasil membuatku jatuh cinta
Secinta-cintanya, sedalam-dalamnya
Kau pun sudah bilang akulah yang tersayang
Lalu, mengapa rasa itu bisa terbuang?
Tak sesuai harapmu, kau bilang
Lalu, kau menyerah begitu saja?
Padahal, kau bilang kau sudah cinta

Dear November,
Sepanjang tahun, kau telah jadi yang terhebat
Terhebat dalam memberiku bahagia
Terhebat pula dalam mengajarkanku luka
Terhebat dalam membuatku jatuh cinta
Terhebat pula dalam membikin rinduku sengsara
Bagiku, tak ada satupun penyesalan
Sebab kau juga terhebat telah menjadikanku kuat.

Ciputat, 24-01-2019

Minggu, 20 Januari 2019

Aku Kalah


Katakanlah aku perempuan tak tahu diri perihal mencintai kamu
Maki saja aku yang masih tak mau berhenti
Caci saja aku yang masih tak mau berpaling

Katakanlah aku perempuan lemah yang paling payah
Memaksakan diri untuk tetap kuat menikmati luka
Menyakiti diri sendiri karena keras kepala dalam mencinta

Sempat aku berpikir, dunia ini amatlah luas
Lantas mengapa aku masih tetap bertahan
Pada sosok yang tak peduli dipertahankan

Macam tak ada yang lelaki lain saja
Tapi, nyatanya memang tak ada
Seribu yang datang takkan sama dengan satu yang pergi

Tetap saja kau yang kunantikan
Tetap saja kau yang kurindukan
Tetap saja kau yang kuminta pada Tuhan

Maaf,
Lagi-lagi aku kalah, tak bisa lagi berpura-pura,
Dan, lagi-lagi aku menunggumu pulang.

Ciputat, 20-01-2019

Minggu, 06 Januari 2019

Maaf


Aku tahu betul,
Aku tak berhak atas apapun tentangmu.
Atas senyummu, atas tawamu,
Apalagi atas cintamu.
Aku tahu betul,
Aku tak berhak atas bahagiamu,
Atas dirimu, atas hatimu.
Apalagi atas perjuanganmu.
Bahkan rinduku juga tak berhak atas tuannya,
Karenanya makin hari ia makin terluka,
Namun terpaksa mengobati dirinya sendiri,
Dan sejauh ini, tak pernah berhasil.
Maafkan aku yang begitu payah,
Masih melulu memikirkan kamu.
Maafkan aku yang begitu lemah,
Masih melulu berharap bisa kembali menemuimu.

Ciputat, 06-01-2018

Jumat, 04 Januari 2019

Pulanglah, Sayang.


Peduliku sudah tak ada arti
Hadirku sudah tak pernah dinanti
Pesanku sudah enggan kau baca
Tapi aku, masih tak mau berbalik arah
Senyumku sudah tak menenangkanmu
Tangisku sudah tak jadi sedihmu
Cemasku sudah tak bermakna bagimu
Tentang aku, tentu kau sudah tak mau tahu
Kau akan berpikir aku keras kepala
Sebab hingga hari ini tak pernah berhenti berusaha
Masih menunggumu di tempat yang sama
Dengan perasaan yang sama
Apalagi yang kau cari di sana, sayangku?
Masih kurangkah segala perasaan ini untukmu?
Kasih sayangku,
Tak juga bisa kau rasakan memelukmu?
Sampai kapan kuharus menantimu pulang?
Hingga hari ini kau masih saja menjadi bayang-bayang
Setiap malam, pagi, siang, hingga petang
Aku tak mau jika hanya terus mengenang

Ciputat, 04-01-2019

Aku Pamit.

Sangat ingin tahu kabarmu lalu berkata aku rindu. Tapi rasanya aku sudah lelah jadi perempuan tak tahu diri. Sudah tahu rinduku sepihak, ma...