Terkadang kita
selalu bermimpi tentang sesuatu yang seringkali dinilai orang lain sebagai
mimpi yang terlalu tinggi. Tapi ingatlah, tak pernah ada mimpi yang terlalu
tinggi. Apapun yang kita impikan, selagi kita percaya akan kekuatan do’a dan
ikhtiar, maka mimpi tersebut akan terwujud.
Namun terkadang,
banyak orang yang takut bermimpi. Mungkin mereka berpikir, “ah aku bukan dari
keluarga kaya”, “nilaiku di sekolah tidak bagus” atau “tidak usah bermimpi
terlalu tinggi, nanti bisa gila jika gagal meraihnya”. Ayolah kawaaaaan, itu
pernyataan kuno!
Jika kau merasa
kehidupanmu saat ini kurang baik, maka kau harus mulai memperbaikinya sekarang
agar kau mempunyai masa depan yang baik. Seperti yang Bill Gates katakan, bahwa
“if you born poor, it’s not your mistake. But if you die poor, it’s your
mistake.”
Aku selalu ingat
pepatah yang mengatakan bahwa jika kau harus mengantungkan mimpimu setinggi-tingginya
ke angkasa. Jadi, meskipun ketika kau terjatuh dalam meraihnya, kau akan
terjatuh diantara jutaan bintang yang sinarnya luar biasa terang. Bayangkan
jika kau hanya menggantungkan mimpimu setinggi pohon. Jika kau terjatuh, tentu
saja kau akan kembali ke tanah.
Tanamkanlah
kepercayaan dalam dirimu bahwa kau bisa meraihnya dan jangan pernah lupa untuk
berdo’a pada Allah. Ingatlah, Allah tak akan pernah mengkhianati hamba-Nya yang
selalu percaya pada-Nya. Takdir Allah tak akan pernah mengecewakan hamba-Nya.
Aku sudah membuktikannya, percayalah!
Sejak kecil aku
senang menulis. Aku sering menulis cerpen yang kemudian aku minta teman-temanku
untuk membacanya dan mereka menyukainya. Suatu hari, aku bercita-cinta ingin
menjadi seorang jurnalis. Aku berusaha belajar dunia jurnalistik dengan
mengikuti ekstrakurikuler Jurnalistik di sekolahku dan mengikuti berbagai
pelatihan Jurnalistik.
Ketika aku
hampir lulus SMA, aku mendaftar ke perguruan tinggi lewat berbagai macam jalur.
Aku mengkuti seleksi SNMPTN, di seleksi itu aku memilih prodi Kimia-IPB karena
aku suka sekali kimia, Silvikultur-IPB (aku tidak tahu kenapa memilih ini, yang
jelas ketika meilihat reviewnya sepertinya menarik) dan Jurnalistik-UNPAD di
pilihan terakhir. Jujur, aku sangat pesimis untuk dapat diterima di pilihan
satu atau dua. Aku optimis masuk Jurnalistik. Aku sangaaat optimis. Namun,
ketika pengumuman dibuka, aku tidak lolos di ketiganya. Rasa kecewa tentu ada.
Aku menangis. Aku tak berani menatap kedua orangtuaku waktu itu. Aku merasa
sangat bersalah karena telah mengecewakan mereka. Tapi aku percaya rencana Allah
pasti lebih indah. Aku percaya aku bisa mengganti kekecewaan mereka dengan
senyuman bahagia. Aku percaya.
Kemudian aku
mendaftar SPAN-PTKIN (semacam SNMPTN tapi khusus UIN/IAIN). Aku menempatkan
Jurnalistik-UIN Syahid Jakarta di pilihan pertama, Pengembangan Masyarakat-UIN
Syahid Jakarta, dan Pendidikan Kimia-UIN SGD Bandung. Untuk seleksi kali ini,
entah kenapa aku sangat optimis. Rasanya sangat berbeda ketika aku mendaftar
SNMPTN. Aku tak pernah lupa berdoa, ku selipkan Jurnalistik di setiap do’aku.
Aku selalu membaca artikel-artikel tentang UIN Syahid Jakarta. Aku sangat
optimis aku bisa lolos meskipun aku tak pernah bercita-cita untuk masuk UIN.
Hari pengumuman
tiba. Aku membuka situs SPAN-PTKIN dengan perasaan yang sangat tenang. Tidak
seperti saat melihat pengumuman SNMPTN sampai tanganku gemetar dan jantungku
dag-dig-dug tak karuan. Kali ini aku tenaaaang sekali dan MasyaAllah! Aku lolos
di pilihan pertama. Ya, Jurnalistik-UIN Syahid Jakarta. Aku langsung
memberitahu kabar gembira ini pada orangtuaku dan mereka terlihat sangat
bahagia. Aku berhasil. Aku berhasil telah mengganti kekecewaan itu. Aku sangat
bersyukur padaMu, ya Allah.
Sejenak aku
berpikir, kenapa Allah memilihkan Jurnalistik-UIN Jakarta padaku. Kenapa bukan
Jurnalistik-UNPAD? MasyaAllah, saat itu juga aku menyadari bahwa Allah sangat
menyayangiku.
Jika melihat pengalamanku ke
belakang, ketika aku akan masuk SMP. Aku bercita-cita masuk SMPN favorit. Namun
gagal, aku malah masuk SMPIT waktu itu. Kemudian, ketika aku akan masuk SMA,
aku pun bercita-cita masuk SMAN favorit. Tapi aku gagal juga, aku malah masuk
MAN. Dan ketika aku bercita-cita masuk PTN favorit seperti UNPAD dan IPB, aku
malah masuk UIN.
Rasa syukur yang
tak terkira atas nikmat yang luar biasa dari Allah. Jika aku tidak masuk SMPIT
saat itu, belum tentu aku yang sekarang mengenakan jilbab, belum tentu aku
menemukan teman-teman dan guru-guru yang selalu membimbingku ke syurga. Jika
aku tidak masuk MAN, mungkin aku akan tergoda melepas jilbab karena di SMAN
tentu akan banyak teman-teman yang tidak berjilbab. Jika aku tak masuk MAN,
mungkin aku akan jauh dari Allah. Dan Allah menempatkanku di UIN, di
universitas yang sangat kental keislamannya. Subhanallah, betapa Allah
menyayangiku. Betapa Allah tidak ingin aku jauh dari-Nya.
Aku sudah
mempunyai banyak sekali kenalan sesama mahasiswa baru di UIN. Subhanallah,
diantara mereka banyak yang hafidz Al-Qur’an. Jago berbahasa arab dan selalu
mengajakku untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Ya, lagi-lagi aku
dipertemukan dengan teman-teman yang akan mengajakku ke syurga. Jika aku tidak
masuk UIN, mungkin aku tidak akan menemukan teman-teman sehebat mereka.
Subhanaallah, inilah bukti bahwa rencana Allah akan selalu lebih indah dan tak
pernah mengecewakan hambaNya yang percaya.
Aku sudah
menggantungkan mimpiku tinggiiiiii sekali di angkasa. Meskipun aku tak sampai
meraihnya, tapi aku mendapatkan bintang
yang cahayanya sangaaaaaaat terang. Jadi, masih adakah diantara kalian
semua yang masih meragukan kekuatan do’a dan ikhtiar dalam meraih cita-cita
kalian?