Senin, 20 Februari 2017

INILAH CARAKU MENCINTAIMU

Awalnya ku pikir mustahil akan hadirnya cinta di antara kita karena kau tak pernah menunjukkan tanda apapun. Setiap hari yang kita lewati rasanya biasa saja. Aku menjalani kehidupanku dengan baik, begitu juga kau. Kita berjalan masing-masing. Terlebih, aku belum pernah melihat wujudmu dengan nyata. Kita hanya berkomunikasi lewat dunia maya. Aku hanya bisa menebak-nebak seperti apa dirimu melalui kalimat-kalimat dan foto yang kau gunakan sebagai foto profile. Tapi seiring berjalannya waktu, entah mengapa aku merasakan sesuatu yang aneh. Sesuatu yang sepertinya pernah kurasakan. Aku menunggu setiap pesan darimu. Setiap handphoneku berbunyi, aku selalu berharap itu kau. Aneh memang. Kenapa aku selalu menantikanmu? Kata orang, bisa saja ini cinta. Aku tertawa. Cinta? Bagaimana mungkin aku jatuh cinta pada sosok yang belum pernah kutemui sekalipun? Kata orang lagi, mungkin karena aku kesepian. Aku tertawa lagi. Tapi tawaku kali ini karena aku berpikir mungkin mereka benar. Tapi, tunggu. Kesepian? Tak hanya kau yang berusaha mendekatiku, dan diantara mereka kenapa hanya kau yang kutunggu? Lalu, kenapa aku selalu mengkhawatirkanmu? Maksudku, kadang ketika kau bercerita tentang apapun masalahmu, aku selalu berharap untuk berada di sampingmu, menenangkanmu, dan membuatmu tersenyum lagi. Lalu akupun diam-diam berharap bisa bertemu langsung denganmu, melihat wujudmu dengan nyata. Ya, aku diam-diam menantikan pertemuan denganmu.

Sampai hari itu, kau bilang kau akan menemuiku. Jujur saja aku tidak sepenuhnya percaya. Aku masih ragu apakah kau akan benar-benar menemuiku? Tapi ternyata benar! Kau bilang kau sudah dalam perjalanan. Kau tahu, betapa paniknya aku saat mengetahuinya? Aku panik. Panik ketika menentukan baju apa yang akan kupakai? Apa yang akan kita lakukan ketika kita bertemu nanti? Hal apa saja yang bisa kita obrolkan? Bagaimana seharusnya aku bersikap di depanmu? Kalimat apa yang seharusnya aku katakan untuk pertama kali? Ah andai saja kau tahu bahwa hari itu aku benar-benar panik. Terlebih ketika kau bilang kau sudah sampai. Kau tahu bagaimana jatungku berdebar dengan begitu kencang? Kau tahu berapa kali aku menatap cermin untuk memastikan bahwa penampilanku sudah baik? Entah kenapa, aku ingin membuatmu terkesan di pertemuan pertama. Mungkin kau bisa bilang ini berlebihan, tapi ya, ini memang terjadi. Akhirnya kita bertemu untuk yang pertama kali. Ternyata kau tidak jauh berbeda dengan yang sering aku lihat di layar handphoneku dan entah kenapa rasanya aku bahagia sekali. Bahagia, karena setelah penantian yang panjang akhirnya kita bisa bertemu juga. Bagaimana tidak, kita baru bisa bertemu setelah hampir enam tahun hanya kenal lewat dunia maya. Mungkin banyak orang merasa takut ketika bertemu dengan orang yang mereka kenal lewat dunia maya. Tapi aku tidak begitu. Meski baru pertemuan pertama, tapi aku sudah nyaman dan mempercayaimu. Mungkin karena kita sudah kenal bertahun-tahun.

Sejak pertemuan pertama itu, kita jadi sering bertemu, menghabiskan satu hari penuh denganmu. Ah, perlu kuceritakan padamu. Berkatmulah sekarang aku sangat menyukai kereta. Aku senang sekali jika berpergian naik kereta. Aku suka aroma kereta. Di pikiranku, kereta selalu terhubung dengan dirimu karena kita cukup sering berpergian naik kereta berdua. Haha lucu memang. Kau boleh tertawa, tapi aku benar-benar berkata jujur.

Kau tahu? Kata orang, pertemuan itu akan menciptakan kerinduan-kerinduan yang lebih hebat dari sebelumnya. Aku percaya itu, karena aku memang mengalaminya. Sejak pertemuan pertama itu, aku selalu menantikan pertemuan-pertemuan selanjutnya. Aku selalu berharap menghabiskan akhir pekanku bersamamu. Aku selalu menantikan saat-saat bersamamu dimana aku bisa melihat kedua bola matamu, senyummu, dan mencium aromamu. Seiring berjalannya waktu, aku semakin yakin bahwa aku benar-benar telah jatuh cinta padamu. Tapi aku tak tahu apakah kau juga merasakan hal yang sama terhadapku atau tidak. Sampai hari itu, kau menemuiku untuk mengklarifikasi dan dari sanalah aku tahu bahwa perasaanku bukan sepihak. Kau bilang bahwa kita akan sama-sama mencoba untuk menjalani semuanya dengan lebih baik. Kau juga bilang bahwa kau tidak mau semua yang kita jalani ini tak ada artinya. Tahukah kau bahwa lagi-lagi aku sangat bahagia hari itu? Ah tidak, aku memang selalu bahagia setiap saat bersamamu.

Tapi, akhir-akhir ini kau selalu sibuk dengan studi dan pekerjaanmu sehingga kita tidak bisa bertemu sesering dulu. Jadi maaf jika selama ini aku masih saja seperti anak kecil di matamu. Selalu merengek agar kita bisa cepat bertemu lagi. Selalu rewel jika sedang merindukanmu. Setiap aku ingin bertemu, kau selalu beralasan dengan acara ini-itu, aku sedih. Kau bilang semua ada skala prioritasnya. Lalu aku bertanya, di urutan manakah aku dalam skala prioritasmu? Atau, bisa kuganti pertanyaannya dengan: adakah aku dalam skala prioritasmu? Karena sepertinya untuk mencari satu hari saja dalam sebulan di sela-sela kesibukanmu untuk bertemu denganku rasanya sulit sekali. Sebenarnya, jika kau ingin tahu, ada banyak sekali cerita-cerita yang ingin kusampaikan padamu. Tapi kupikir, kau sekarang sudah terlalu sibuk jika hanya untuk mendengarkan ceritaku yang kadang tidak begitu penting. 

Yasudahlah. Bagiku tak masalah, karena aku tahu semua yang kau lakukan di sana adalah baik demi masa depanmu. Ya, meskipun jujur saja kadang aku pun berpikiran negatif terhadapmu tapi sebisa mungkin kutepis dan menggantinya dengan pikiran-pikiran positif. Kadang aku juga berpikir mungkinkah kau di sana bertemu perempuan lain yang lebih menarik perhatianmu daripada aku? Ah, tapi aku percaya kau tak akan pernah mengecewakanku, bukan? Karena aku selalu ingat kau pernah bilang bahwa kau tak mau apa yang kita lakukan selama ini adalah tanpa arti.

Yang harus selalu kau tahu adalah aku akan selalu mendukung apapun yang kau lakukan, selama itu adalah hal yang baik. Aku selalu mendoakan yang terbaik untukmu. Aku selalu mendoakan untuk kesehatanmu, kebaikanmu, dan kebahagiaanmu. Setidaknya, meskipun mata kita tak bertemu, tapi doaku untukmu akan selalu sampai. Aku juga ingin menjadi 'rumah' untukmu. Sekali lagi, aku minta maaf jika kau masih melihatku seperti anak kecil. Maaf jika aku masih selalu merepotkanmu. Maaf jika aku selalu cerewet memintamu untuk cepat pulang. Maaf jika aku selalu tidak mau tidur jika kau belum sampai rumah, bukan karena apa-apa, tapi aku hanya mengkhawatirkanmu. Aku juga minta maaf jika aku belum cukup bisa membahagiakanmu. Tapi, ya beginilah aku. Inilah caraku mencintaimu. 

Aku Pamit.

Sangat ingin tahu kabarmu lalu berkata aku rindu. Tapi rasanya aku sudah lelah jadi perempuan tak tahu diri. Sudah tahu rinduku sepihak, ma...